Kamis, 17 Desember 2009

TARI GAMBYONG


Tari Gambyong adalah tarian khas Jawa Tengah. Konon Tari Gambyong tercipta dari nama seorang penari jalanan(tledhek) bernama Gambyong. Penari dengan wajah cantik jelita tersebut hidup pada zaman Sinuhun Paku Buwono IV pada 1788 hingga 1820. Karena kecantikan dan keahlianya dalam menari, maka tak heran ia menjadi terkenal. Sejalan dengan berjalanya waktu, akhirnya tarian yang Gambyong bawakan tersebut dikenal dengan Tari Gambyong.

Tari Gambyong sejenis tarian pergaulan di masyarakat. Lalu muncullah istilah Tari Tayub. Jenis tarian itu berkaitan erat dengan istilah ''ledhek'' atau ''taledhek'' atau ''tledhek''. Meskipun arti ledhek sering kali berkonotasikan buruk, namun seiring dengan perkembangan zaman tarian ini menjadi salah satu tarian yang mempunyai nilai estetis yang cukup tinggi. Yang paling menonjol pada Gambyong atau Tayub adalah ruh kerakyatannya. Bila kita melihat kembali kemasa lalu, kita akan tahu bahwa penari jalanan sudah ada sejak zaman Kesultanan Demak. Irama yang mengiringi tari Gambyong saat itu hanyalah rebana, kendang serta seruling yang sesekali ditiupkan. Menurut cerita instrumen dan irama yang dihasilkan merupakan cirri khas dari zaman kabudan (Buddha-Red).Menurut mereka tetabuhan atau irama tersebut menggaung di angkasa (swara ketawang) yang membuat para bidadari menari. Dari situlah muncul tarian Bedhaya Ketawang Ciri khas pertunjukan Tari Gambyong, sebelum dimulai selalu dibuka dengan gendhing Pangkur. Ciri lainnya, tarian terlihat indah dan elok apabila si penari mampu menyelaraskan gerak dengan irama kendang. Sebab, kendang itu biasa disebut otot tarian dan pemandu gendhing. Karena hal itulah para penabuh insrumen tari Gambyong mengerti benar bahwa memainkan kendang dalam tari Gambyong bukan hal yang mudah. Penggendang harus mampu menyelaraskan keluesan tari dengan irama kendang. Maka bukan hal yang aneh jika seorang penar tidak mau di pisahkan dengan penabuhnya, begitu juga sebaliknya.

Tarian ini menceritakan tentang remaja putrid yang beranjak dewasa, yang sedang merias diri. Tari Gambyong dapat dibawakan oleh dua atau empat penari. Dalam tarian ini penari harus mampu menjiwai gerakan sehingga akan muncul ekspresi yang sempurna. Tari Gambyong sekarang ini memiliki pandangan yanglebih positif dari sebelumnya dan merupakan tarian yang cukup diminati masyarakat.

Senin, 14 Desember 2009

Tari Pendet


Tari pendet adalah salah satu budaya bangsa Indonesia yang sangat berharga. Namun karena kurangnya perhatian pemerintah dan kita sebagai bangsa Indonesia, tari pendet ini di curi oleh negara tetangga kita, mereka mengklaim tarian ini dengan cara mencantumkannya dalam iklan visit year mereka. Sebelumnya, mereka telah mengklaim angklung, reog Ponorogo, batik, Hombo Batu, dan Tari Folaya. Hal ini terjadi karena kelalaian kita yang kurang menghargai budaya bangsa kita, sementara negara tersebut tahu benar bahwa budaya bangsa adalah salah satu senjata terbaik untuk diplomasi internasional,serta memiliki potensi bisnis yang baik. Untuk itu agar bangsa kita tidak kecolongan lagi maka pemerintah perlu memberi perhatian kepada kebudayaan.
Untuk lebih mengenal tari Pendet saya akan mengulas sedikit tentang tari pendet. Tari Pendet awalnya merupakan tarian pemujaan yang banyak diperagakan di pura, tempat ibadat umat Hindu di Bali, Indonesia. Tarian ini melambangkan penyambutan atas turunnya dewata ke alam dunia.Namun seiring perkembangan zaman, para seniman Bali mengubah Pendet menjadi "ucapan selamat datang", meski tetap mengandung anasir yang sakral-religius.Pendet merupakan pernyataan dari sebuah persembahan dengan bentuk tarian upacara. Tidak seperti tarian lain yang membutuhkan latihan yang intensif, tari pendet dapat ditarikan oleh semua orang , baik pria ataupun wanita baik dewasa ataupun anak-anak. Tarian ini diajarkan sekedar dengan mengikuti gerakan dan jarang dilakukan di banjar-banjar. Para gadis muda mengikuti gerakan dari para wanita yang lebih senior yang mengerti tanggung jawab mereka dalam memberikan contoh yang baik.Tari putri ini memiliki pola gerak yang lebih dinamis daripada Tari Rejang. Biasanya ditampilkan setelah Tari Rejang di halaman pura dan biasanya menghadap ke arah suci (pelinggih) dengan mengenakan pakaian upacara dan masing-masing penari membawa sangku, kendi, cawan, dan perlengkapan sesajen lainnya


GAMBAR DIAMBIL DARI rmf7.wordpress.com